I.
Pendahuluan
Tata
kelola teknologi adalah bagian yang terintegrasi dari pengelolaan organisasi
yang mencakup kepeminpinan, struktur serta proses organisasi yang memastikan
bahwa teknologi informasi di manfaatkan seoptimal mungkin. Penggunaan teknologi
informasi mempunyai potensi menjadi penentu utama menuju sebuah kesuksesan atau
keberhasilan yang dapat memberikan kesmpatan-kesempatan untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif dan menawarkan perlengkapan untuk meningkatkan
produktivitas, kerja perusahaan, dan memberikan manfaat lebih di masa mendatang
(surendro,2009).
Tata
kelola pun menjadi bagian yang penting untuk memastikan bahwa informasi
perusahaan dan yeknologi yang tersedia dapat mendukung tercapainya tujuan
bisnis(Gultom,2012).
Teklogi
informasi merupakan sebuah bentuk umum yang menggambarkan setiap teknologi yang
membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan dan
menyampaikan informasi (Seesar,2010).
Berdasarkan definisi tersebut di artikan bahwa tata kelola teknologi
informasi merupakan sebagian organisasi yang menyelaraskan stategi teknologi
informasi dan stategi organisasi.
CV. May Car
merupakan usaha alternatif yang digunakan untuk melakukan kegiatan usaha dengan
modal terbatas. CV. May Car sendiri adalah sebuah perusahaan bengkel asuransi
mobil, dimana hanya kendaraan roda empat (mobil) yang memiliki jaminan asuransi
tertentu yan dapat diperbaiki dibengkel CV. May Car tersebut.
CV. May Car
dibangun pada tahun 2005 bertepatan pada kelahiran putri ke 2 dari bapak Hari Rachmat yaitu pemilik
perusahaan CV. May Car. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat antar
perusahaan bengkel asuransi mobil, maka CV. May Car harus senantiasa memberikan
pelayanan yang terbaik terhadap seluruh pelanggannya. Namun seiring dengan
bekembangnya perusahaan ini, terjadi beberapa permasalahan yang dirasakan oleh
para pelanggannya, terutama dalam masalah keterlambataan penyelesaian perbaikan
kendaraan. Melihat adanya tipe kasus seperti ini maka menimulkan hubungan yang
tidak baik antara pelanggan dengan CV. May Car. Untuk menghindari kesalahan
yang sama dalam proses tersebut, maka diperlukan adanya evaluasi untuk mengukur
tingkat kematangan dari CV. May Car serta untuk mewujudkan visi perusahaan
yaitu “Menjadikan CV May Car sebagai bengkel mobil asuransi sebagai bengkel
terbaik dan terpercaya”.
Dari latar belakang tersebut,
maka dapat menjadi dorongan untuk membuat penelitian terkait dalam membantu
CV.May Car dalam mengevaluasi masalah tersebut serta menilai tingkat kualitas
perusahaan dengan menggunakan APO08.
II.
Landasan
Teori
2.1 Tatakelola Teknologi Informasi
2.1.1
Pengertian
Tata Kelola
Jogiyanto dan Abdillah (2011)
menjelaskan bahwa tata kelola (governance) merupakan suatu proses yang dilakukan
oleh suatu organisasi atau masyarakat untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi.
2.1.2
Pengertian Teknologi
Infomasi
Teknologi Informasi adalah
penerapan teknologi komputer (peralatan teknik berupa perangkat keras dan
perangkat lunak) untuk menciptakan, menyimpan, mempertukarkan, dan menggunakan
informasi dalam berbagai bentuk (Fauziah, 2010).
2.1.3
Pengertian
Tata Kelola Teknologi Informasi
Terdapat beberapa definisi tata
kelola teknologi informasi menurut beberapa ahli (dalam Surendro, 2009), diantaranya
sebagai berikut:
1.
Kapasitas organisasi untuk mengendalikan formulasi dan
implementasi strategi organisasi dan mengarahkan kepada kepentingan pencapaian
daya saing korporasi.
2.
Tata kelola teknologi informasi adalah pertanggung
jawaban dewan direksi dan manajemen eksekutif. Hal ini merupakan bagian yang terintegrasi
dengan tata kelola perusahaan dan berisi kepemimpinan dan struktur serta proses
organisasi yang menjamin bahwa organisasi teknologi informasi mengandung dan
mendukung strategi serta tujuan bisnis.
3.
Tata kelola teknologi informasi adalah penilaian
kapasitas organisasi oleh dewan direksi, manajemen eksekutif, manajemen
teknologi informasi untuk mengendalikan formulasi dan implementasi strategi
teknologi informasi dalam rangka mendukung bisnis.
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud tata kelola teknologi informasi adalah sebuah upaya atau usaha
yang dilakukan oleh pihak manajemen level atas seperti dewan direksi dan
manajemen eksekutif untuk melakukan pengelolaan terhadap teknologi informasi
yang dimiliki olehperusahaan, untuk mendukung dan menyelaraskan
strategi-strategi bisnis yang telah ada pada perusahaan.
2.2 Cobit 5
Menurut ISACA
(2012), COBIT 5 merupakan generasi terbaru dari panduan ISACA yang membahas mengenai
tata kelola dan manajemen IT. COBIT 5 dibuat berdasarkan pengalaman penggunaan
COBIT selama lebih dari 15 tahun oleh banyak perusahaan dan pengguna dari
bidang bisnis, komunitas IT, risiko, asuransi, dan keamanan.
2.2.1
Framework COBIT 5
Gambar 2.1 Proses Cobit 5
Pada COBIT 5 terdapat model referensi
proses yang menentukan dan menjelaskan mengenai proses tata kelola dan
manajemen. Pada Cobit 5 terdapat dua domain proses yaitu proses tata kelola dan
manajemen TI yang meliputi :
1.
Evaluate, Direct, and Monitor (EDM). Pada proses ini mengatur bagaimana
cara mengevaluasi dan memonitor dalam tata kelola pada organisasi, ada 5
domain.
2.
Plan, Build, Run, and Monitor (PBRM), pada domain manajemne ini
terdapat 4 domain anata lain :
1)
Align, Plan, and Organize (APO)-Penyelarasan, Perencanaan, dan Pengaturan terdapat 13 proses.
2)
Build, Acquare, and Implement (BAI)–Membangun, Memperoleh, dan Mengimplementasikan terdapat
10 proses.
3)
Deliver, Service and Support (DSS)–Mengirimkan, Layanan, dan Dukungan terdapat 6 proses.
4)
Monitor, Evaluate, and Assess (MEA)–Pengawasan, Evaluasi, dan
Penilaian terdapat 3 proses.
Pada penelitian ini menggunakan
domain APO08 (Manage Relationships).
1.
APO08.01 Understand business expectations.
2.
APO08.02 Identify opportunities, risks and constraints for IT to enchance the business.
3.
APO08.03 Manage business relationship.
4.
APO08.04 Co-ordinate and communicate.
5.
APO08.05 Provide input to the continual improvement of services.
Proses
APO08-Manage Relationship Menurut ISACA (2012), deskripsi dari proses APO08
adalah mengelola hubungan antara bisnis dan TI dengan cara yang formal dan
transparan untuk memastikan fokus pada pencapaian tujuan bersama yaitu tujuan
kesuksesan perusahaan yang mendukung tujuan strategis dan sesuai dengan kendala
anggaran dan toleransi risiko. Basis hubungan dasar yaitu kepercayaan,
menggunakan istilah terbuka dan mudah dimengerti, bahasa umum, dan rasa
kepemilikan dan akuntabilitas untuk keputusan penting.
Tujuan dari proses tersebut adalah membuat hasil yang lebih
baik, meningkatkan kepercayaan diri, kepercayaan akan TI, dan penggunaan sumber
daya secara efektif.
COBIT 5
dikembangkan untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan penting seperti:
1. Membantu stakeholder dalam menentukan apa yang
mereka harapkan dari informasi dan teknologi terkait seperti keuntungan apa,
pada tingkat risiko berapa, dan pada biaya berapa dan bagaimana prioritas
mereka dalam menjamin bahwa nilai tambah yang diharapkan benar-benar
tersampaikan. Beberapa pihak lebih menyukai keuntungan dalam jangka pendek
sementara pihak lain lebih menyukai keuntungan jangka panjang. Beberapa pihak
siap untuk mengambil risiko tinggi sementara beberapa pihak tidak. Perbedaan
ini dan terkadang konflik mengenai harapan harus dihadapi secara efektif. Stakeholder
tidak hanya ingin terlibat lebih banyak tapi juga menginginkan transparansi
terkait bagaimana ini akan terjadi dan bagaimana hasil yang akan diperoleh.
2. Membahas peningkatan ketergantungan kesuksesan
perusahaan pada perusahaan lain dan rekan TI, seperti outsource, pemasok,
konsultan, klien dan penyedia layanan lain, serta pada beragam alat internal
dan mekanisme untuk memberikan nilai tambah yang diharapkan.
3. Mengatasi jumlah informasi yang meningkat
secara signifikan. Bagaimana perusahaan memilih informasi yang relevan dan
kredibel yang akan mengarahkan perusahaan kepada keputusan bisnis yang efektif
dan efisien? Informasi juga perlu untuk dikelola secara efektif dan model
informasi yang efektif dapat membantu untuk mencapainya.
4. Mengatasi TI yang semakin meresap ke dalam
perusahaan. TI semakin menjadi bagian penting dari bisnis. Seringkali TI yang
terpisah tidak cukup memuaskan walaupun sudah sejalan dengan bisnis. TI perlu
menjadi bagian penting dari proyek bisnis, struktur organisasi, manajemen risiko,
kebijakan, kemampuan, proses, dan sebagainya. Tugas dari CIO dan fungsi TI
sedang berkembang sehingga semakin banyak orang dalam perusahaan yang memiliki
kemampuan TI akan dilibatkan dalam keputusan dan operasi TI. TI dan bisnis
harus diintegrasikan dengan lebih baik.
5. Menyediakan panduan lebih jauh dalam area
inovasi dan teknologi baru. Hal ini berkaitan dengan kreativitas, penemuan,
pengembangan produk baru, membuat produk saat ini lebih menarik bagi pelanggan,
dan meraih tipe pelanggan baru. Inovasi juga menyiratkan perampingan
pengembangan produk, produksi dan proses supply chain agar dapan memberikan
produk ke pasar dengan tingkat efisiensi, kecepatan, dan kualitas yang lebih
baik.
6. Mendukung perpaduan bisnis dan TI secara
menyeluruh, dan mendukung semua aspek yang mengarah pada tata kelola dan
manajemen TI perusahaan yang efektif, seperti struktur organisasi, kebijakan,
dan budaya.
7. Mendapatkan kontrol yang lebih baik berkaitan
dengan solusi TI.
8. Memberikan perusahaan:
a)
nilai
tambah melalui penggunaan TI yang efektif dan inovatif,
b)
kepuasan
pengguna dengan keterlibatan dan layanan TI yang baik,
c)
kesesuaian
dengan peraturan, regulasi, persetujuan, dan kebijakan internal,
d)
peningkatan
hubungan antara kebutuhan bisnis dengan tujuan IT.
9. Menghubungkan dan bila relevan, menyesuaikan
dengan framework dan standar lain seperti ITIL, TOGAF, PMBOK, PRINCE2, COSO,
dan ISO. Hal ini akan membantu stakeholder mengerti bagaimana kaitan berbagai
framework, berbagai standar antar satu sama lain, dan bagaimana mereka dapat digunakan
bersama-sama.
10. Mengintegrasikan semua framework dengan
panduan ISACA yang mengutamakan fokus kepada COBIT, Val IT, dan Risk IT, tetapi
juga mempertimbangkan BMIS, ITAF, dan TGF, sehingga COBIT 5 mencakup seluruh
perusahaan dan menyediakan dasar untuk integrasi dengan framework dan standar
lain menjadi satu kesatuan framework.
2.2.2
Prinsip Cobit 5
COBIT 5
memiliki Prinsip dan Enabler yang bersifat umum dan bermanfaat untuk semua
ukuran perusahaan, baik komersial maupun non-profit ataupun sektor publik. 5
Prinsip tersebut adalah Meeting stakeholder needs, Covering enterprise
end-to-end, Applying a single intergrated framework, Enabling a holistic
approach dan Separating governance from management.
2.2.3
implementasi COBIT
Menurut ICASA
(2012), tujuh tahap yang terdapat dalam siklus implementasi COBIT 5 adalah:
1. Initiate Progamme
2. Define Problems and Opportunities
3. Define Road Map
4. Plan Programme
5. Execute Plan
6. Realede Benefits
7. Tahap 7–Review Effectiveness
III.
Metodologi Penelitian
Urutan
langkah-langkah penelitian penyelesaian masalah
dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Alur Penelitian
A.
Wawancara
Pengumpulan data melalui
wawancara dilakukan
dalam melengkapi data juga merupakan proses awal untuk
identifikasi permasalahan yang ada pada instansi dalam langkah melakukan
penelitian. CV. May Car berada di Jl Jend A Yani 73-A, Jati, Pulo Gadung,
Jakarta Timur, DKI Jakarta. Dalam penelitian diambil data dari wawancara sebanyak 2 responden yakni Pemilik perusahaan
CV. May CAR dan Kepala Bagian Lapangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tadi, maka
identifikasi masalah yang terdapat pada CV. May Car, yaitu:
1.
Banyaknya
pelanggan yang kecewa terhadapat pengolaan relasi dalam menajemen proses
penyelesaian kendaraan.
2. Pengukuran kematangan Tata Kelola TI dalam proses
masalah.
3. Model Framework COBIT 5 cocok dalam pengukuran tingkat kematangan
TI dalam CV. May Car
C.
Batasan Masalah
Batasan masalah disusun agar pembahasan
masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, berdasarkan rumusan masalah
diatas maka penelitian ini dibatasi pada:
1. Proses tata kelola teknologi informasi
hanya dilakukan pada bagian lapangan CV. May Car.
2. Hubungan yang dianalisis adalah pihak
internal yaitu bagian lapangan, bagianadministrasi, dan bagian sparepart.
3.
Usulan tata
kelola teknologi informasi menggunakan Framework
COBIT 5 pada proses APO08 (Memahami harapan bisnis), APO08.02
(Mengidentifikasi peluang risiko dan Kendala TI untuk meningkatkan bisnis),
APO08.03 (Mengelola Hubungan Bisnis), APO08.04 (Koordinasi dan Komunikasi), dan
APO08.05 (Memberikan masukan untuk perbaikan berkelanjutan dari pelayanan).
D.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan masalah masuk dalam Input
Proccess. Pada Tinjauan Pustaka terdapat
dua cara yang penulis lakukan yaitu:
1)
Telaah
Dokumen Bisnis
Proses ini dilakukan dengan
meninjau sejarah
perusahan sebagai objek yang
akan diteliti.
2)
Studi
Literatur Proses studi literatur yang dilakukan disini adalah mereviu paper
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan COBIT 5.
E.
Kuisioner (Penelitian
kuantitatif)
Table 3.1 Table Actual Responden
Responden
|
Tugas
|
R1
|
Spare Part
|
R2
|
lapangan
|
R3
|
Gudang
|
R4
|
Admin
|
R5
|
Finishing
|
R6
|
Estimator
|
F.
Skala Guttman
Skala guttman merupakan skala kumulatif.
Sesuai dengan namanya, skala ini pertama kali diperkenalkan oleh Louis Guttman
(1916–1987). Dalam penggunaannya, skala guttman menghasilkan binary skor (0 –
1), dan digunakan untuk memperoleh jawaban yang tegas dan konsisten.(http://teorionline.wordpress.com/category/metodologi-penelitian/
: 01-05-17: 12:30:44). Dalam penggunaannya, skala guttman menghasilkan binary
skor (0-1), dan digunakan untuk memperoleh jawaban dengan tegas dan konsisten
seperti ’ya’ dan ‘tidak’ atau ‘benar’ dan ‘salah’. Hasil jawaban kuisioner
kemudian akan dilakukan konversi nilai terhadap setiap jawaban dari responden.
Konversi nilai dilakukan dengan menggunakan nilai 0 untuk jawaban Tidak (T) dan
nilai 1 untuk jawaban Ya (Y). Hasil konversi kemudian akan dilakukan
normalisasi dengan membagi nilai total dengan jumlah pertanyaan yang ada pada
setiap level, kemudian setelah dilakukan normalisasi dilakukan perhitungan
rata-rata dengan membagi total nilai jawaban dengan jumlah responden.
Kemudian untuk Standar tingkat kematangan yang
dijadikan standar Model Maturity merujuk pada dokumen ISACA seperti pada
tabel 3.2 Tingkat Maturity Model.
Tabel
3.2. Tingkat Maturity
Model (ISACA, 2013)
Index
|
Tingkat Maturity
Model
|
0
|
Incomplete Process (Proses Tidak Lengkap)
|
1
|
Performed Process (Proses Dijalankan)
|
2
|
Managed Process (Proses Diatur)
|
3
|
Established Process (Proses Tetap)
|
4
|
Predictable Process (Proses Di Ukur)
|
5
|
Optimising Process (Proses Optimasi)
|
G. Analisis COBIT 5
Analisis COBIT 5 ini masuk dalam
Alur Proccess dimana disini adalah proses penghitungan hasil kuisioner
dan wawancara dengan menggunakan Skala Guttman.
H.
Rekomendasi Perbaikan
Tahap ini sudah pada proses output.
Sudah pada tahap pemberian
rekomendasi merujuk pada hasil dari analisis kuisioner COBIT 5, yang kemudian
rekomendasi perbaikan ini adalah saran– saran perbaikan yang sesuai dengan penjelasan COBIT 5 untuk
diberikan kepada CV.May Car.
I.
Proses Konfirmasi
Tahap ini adalah tahap akhir dari
proses output penelitian. Proses Konfirmasi setelah dibuatkan Rekomendasi
Perbaikan yang nantinya akan disampaikan ke Instansi pada penelitian ini
yakni pada CV.May Car dimana Penulis akan melakukan wawancara kepada
responden yakni Pemilik
perusahaan CV. May CAR, Kepala Bagian Lapangan atau
kepada yang paling berwenang dalam menentukan pilihan,
untuk memastikan pada level berapakah penerapan
implementasi Tata Kelola TI yang sudah berjalan, maka
setelah diketahui dan dicoba di arahkan untuk level
mengukuti level COBIT 5 yaitu dari Nilai 0 – 5 dan juga
penjelasan setiap level kematangannya.
IV.
Hasil Dan Pembahasan
A.
Hasil Domain APO08
Pada tahapan ini, berisikan
hasil jawaban responden yang telah menjawab kuesioner yang kemudian diproses
kedalam metode perhitungan Guttman, hasil pengolahan perhitungannya adalah
sebagai berikut:
1.
APO08.01 Understand business expectations.
Responden
1 : Spare Part
Responden
2 : Lapangan
Responden
3 : Gudang
Responden
4 : Admin
Responden
5 : Finishing
Table
3.3 . Daftar Rincian
kuesioner APO01
2.
APO08.02 Identify opportunities, risks and constraints for IT to enchance the business.
Responden 1 : Spare Part
Responden 2 : Lapangan
Responden 3 : Gudang
Responden 4 : Admin
Responden 5 : Finishing
Table 3.4 . Daftar Rincian kuesioner APO02
3.
APO08.03 Manage business relationship.
Responden 1 : Spare Part
Responden 2 : Lapangan
Responden 3 : Gudang
Responden 4 : Admin
Responden 5 : Finishing
Table 3.5 . Daftar Rincian kuesioner APO03
4.
APO08.04 Co-ordinate and communicate.
Responden 1 : Spare Part
Responden 2 : Lapangan
Responden 3 : Gudang
Responden 4 : Admin
Responden 5 : Finishing
Responden 6 : Estimator
Table
3.6 . Daftar Rincian
kuesioner APO04
5.
APO08.05 Provide input to the continual improvement of services.
Responden 1 : Spare Part
Responden 2 : Lapangan
Responden 3 : Gudang
Responden 4 : Admin
Table 3.7 . Daftar Rincian kuesioner APO05
B.
Hasil jawaban
kuesioner APO08
Table 3.8 . Daftar jumlah jawaban kuesioner
APO08
Tabel diatas menunjukan
rekapitulasi jawaban para responden terkait kuesioner APO08.01 ,APO08.02,
APO08.03, APO08.04 DAN APO08.05
C.
Hasil Perhitungan cabability Level
Table 3.9 . Hasil Perhitungan Cababiliti level
Dari table
di atas dapat kesimpulan sebagai berikut:
1.
Nilai capability level dalam keadaan Understand business expectations (APO08.01) tingkat kematangan
pada level 3 berulang tapi intuitif dengan nilai kematangan 2,94.
2.
Untuk proses Identify opportunities, risk and constraints for
IT to enhance the business (APO08.02) tingkat kematangan pada level 3 berulang
tapi intuitif dengan nilai kematangan 2,70.
3.
Pada proses Manage the business relationship (APO08.03)
tingkat kematangan cenderung mengarah pada level 3 berulang tapi intuitif dengan nilai
kematangan 2,81.
4.
Nilai tingkat kematangan saat ini untuk proses Co-ordinate
and communicate (APO08.04) cenderung mengarah pada level 3 berulang tapi intuitif dengan nilai
kematangan 2,67.
5.
Pada proses Provide input to the continual improvement of
services (APO08.05) cenderung mengarah pada level 3 establised process, dengan
nilai kematangan 2,71.
Dari penjelasan diatas, capability level dapat
dideskripsikan proses APO08.01, APO08.02, APO08.03 dan APO08.04 dan APO08.05 berada
dalam tingkat kematangan level 3 (Established Process) yaitu kondisi dimana
proses sudah teridentifikasi dengan prosedur standar formal dan tertulis,
kemudian dikomunikasikan adengan dipatuhi oleh segenap karyawan.
D.
Rekomendasi
Perbaikan
Rekomendasi perbaikan pada domain AP008.
1.
APO08.01 (Memahami Harapan Bisnis)
a)
Mengidentifikasi isu atas perkembangan teknologi yang menghambat
tercapainnya tujuan.
b)
Mengidentifikasi pihak yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam hal penanganan
isu-isu, masalah
bisnis yang terjadi.
c)
Memprioritaskan dan mengalokasikan sumber daya untuk mempertimbangkan kesesuaian, efesiensi,
efektifitas dalam menjalankan seluruh aktivitas di cv.may
car.
d)
Melakukan stakeholder dalam komunikasi persyaratan cv.may
car dan tujuan untuk proses monitoring dan Pelaporan.
2.
APO08.02 (Mengidentifikasi peluang, risiko,
dan kendala TI yang akan meningkatkan bisnis)
a)
Menbuat invasi baru seperti pembagian tugas terhadap karyawan untuk membentuk tim khusus(berbeda) sehingga karyawan dapat fokus dalam mengidentifikasi, merencanakan.
b)
Mendokumentasikan peluang, risiko dan kendala IT yang akan dilaporkan kepada stakeholder untuk mengambil keputusan dalam kinerja cv.may car ketahap yang lebih baik. Membuat strategi-strategi
atas perencanaan teknologi informasi yang akan disusun untuk menjadikan peluang penggunaan IT untuk menunjang kinerja dan mengantisipasi risiko dan kendala IT yang datang dari lingkungan internal dan eksternal.
3.
APO08.03 (Mengelola Hubungan Bisnis)
a)
Membuat jadwal untuk mengadakan pertemuan dengan mitra dalam melakukan pengadaan
barang. Dari
sistem penjadwalan yang tepat, maka diharapkan dapat dilakukan monitoring pada setiap masalah atau penurunan kualitas yang terjadi.
b)
Mengidentifikasi seluruh performa cv.may car yang berkerja sama dengan mitra, hal ini agar dapat dilakukan evaluasi terhadap performa mitra kerja dalam bermitra dengan cv.may car Sehingga akan dibuat bentuk laporan performansi kinerja mitra
tiap bulannya.
4.
APO08.04 (Kordinasi dan Komunikasi)
a)
Memperbaiki komunikasi dengan customer, agar proses pengambilan
mobil dapat berjalan lancar dan tidak ada miss-komunikasi yang menyebabkan adanya kerugian
antara customer dan cv.may car.
b)
Memubuat sebuah Key performance Indicator (KPI) untuk
mengukur kualitas dari seluruh karyawan, dan mengukur kualitas pemimpin dalam memberikan arahan kepada bawahannya.
5.
APO08.05 (Memberikan Masukan untuk perbaikan berkelanjutan
dari Pelayanan)
a)
Adanya evaluasi terhadap kinerja c.may car yang ditanyakan langsung kepada customer, seperti bertemu langsung
dengan customer untuk meminta saran dan keluhan langsung.
b)
Mengiti event-event tertentu untuk menambahkan benefit perusahaan dengan membuat projek kerjasama oleh perusahaan lain dalam membuat pembiayaan kendaraan.
V.
Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
CV.May Car hasil Assessment Tingkat Kematangan TI, maka kesimpulan dari penelitian
ini adalah
1.
Nilai capability level saat ini dalam Understand
business expectations (APO08.01) tingkat kematangan saat ini pada level 3 berulang
tapi intuitif dengan nilai kematangan 2,94.
2.
Untuk proses Identify opportunities, risk and
constraints for IT to enhance the business (APO08.02) tingkat kematangan saat
ini pada level 3 berulang tapi intuitif dengan nilai kematangan 2,70.
3.
Pada proses Manage the business relationship (APO08.03)
tingkat kematangan saat ini cenderung mengarah pada level 3 berulang tapi
intuitif dengan nilai kematangan 2,81.
4.
Nilai tingkat
kematangan saat ini untuk proses Co-ordinate and
5.
communicate (APO08.04) cenderung mengarah pada level 3 berulang
tapi intuitif dengan nilai kematangan 2,67.
6.
Pada proses Provide input to the continual improvement
of services (APO08.05) cenderung mengarah pada level 2 Managed Process, dengan
nilai kematangan 2,71.
Berdasarkan hasil perhitungan capability
level saat ini pada CV.May Car dalah 2.76 sedangkan target capability level
adalah 4,00. Rekomendasi utama yaitu agar perusahaan dapat membuat dokumen SLA Servish
Level Agreement) sebagai bentuk pencapaian atas performansi yang telah dicapai.
5.2 Saran
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan,
adapun saran-saran yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1.
CV.May Car disarankan untuk memberikan perhatian secara
khusus dalam hal pengelolaan risiko, agar segala hal yang dapat memicu terjadinya
masalah dapat dihindari dan diantisipasi sedini mungkin.
2.
Membuat jadwal untuk mengadakan pertemuan dengan mitra dalam melakukan pengadaan
barang. Dari
sistem penjadwalan yang tepat, maka diharapkan dapat dilakukan monitoring pada setiap masalah atau penurunan kualitas yang terjadi.
Daftar
Pustaka
Fauziyah. 2010. Pengantar
Teknologi Informasi. Bandung: Muara Indah.
Surendro, Kridanto. 2009. Pengembangan Recana Induk Sistem
Informasi.
Bandung: Informatika.
Surendro, Kridanto. 2009. Implementasi Tata Kelola Teknologi
Informasi.
Bandung: Informatika..
Jogiyanto, H.M. & Abdillah, W. 2011. Sistem Tata Kelola
Teknologi Informasi.
Yogyakarta: Andi.
Jurnal
Gultom, Manorang. 2012. Audit Tata
Kelola Teknologi Informasi Pada PTPN 13
Pontianak Menggunakan Framework
COBIT. Jurnal ilmu-ilmu Sosial,
Volume 4 Nomor 1.
ISACA. 2012. COBIT 5 Enabling
Processes. USA: IT Governance Institute
ISACA. 2012. COBIT 5 Implementation. USA: IT Governance Institute
ISACA. 2012. COBIT 5 Process Assessment Model. USA: IT Governance
,
.